Mobilitas sosial
menurut Paul B. Horton, diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari satu
kelas sosial ke kelas sosial lainnya, atau gerak gerak pindah dari strata satu
ke strata lainnya. Secara nyata kehidupan dalam masyarakat tidaklah sama. Ada
yang miskin, ada yang kaya, ada yang memiliki kedudukan tinggi, ada pula yang
memiliki kedudukan rendah. Perbedaan tersebut mendorong manusia untuk meningkatkan
taraf hidupnya agar dapat naik kestrata yang lebih tinggi, terutama bagi mereka
yang berada di strata bawah. Dengan kal, manusia berusaha agar harapan dan
keinginanya untuk meningkatkan status tercapai sehingga ia dapat hidup lebih
baik.
Dalam dunia
modern banyak orang berupaya meningkatkan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa
hal tersebut membuat orang menjadi lebih sejahtera dan memungkinkan mereka
melakukan jenis pekerjaan yang paling cocok bagi diri mereka. Jika tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar
belakang berbeda, mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam
mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Jika tingkat mobilitas sosial
rendah, tentu saja banyak orang akan terkungkung dalam status nenek moyang
mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup.
Jika kita
berbicara tentang mobilitas sosial, biasanya kita berpikir tentang perpindahan
dari satu tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Sesungguhnya
mobilitas sosial dapat berlangsung dalam dua arah. Sebagian orang mencapai
status yang lebih tinggi, dan sebagian orang lagi mengalami kegagalan atau
mengalami mobilitas menurun. Ada pula orang-orang yang tetap tinggal pada
status yang dimiliki oleh orang tua mereka, atau tidak mengalami mobilitas
sosial.
Mobilitas sosial
memiliki kaitan dengan stratifikasi sosial. Arah gerak mobilitas sosial dapat
secara horizontal maupun vertikal. Gerak sosial lebih mudah terjadi pada
masyarakat terbuka karena lebih mungkin untuk berpindah strata. Sebaliknya pada
masyarakat yang sifatnya tertutup, kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit.
0 komentar:
Posting Komentar